Sabtu, 24 November 2018

Laporan Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Semusim


I.     PENGAMATAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (Oryza sativa)
A.      Pendahuluan
1.        Latar Belakang
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman sumber pangan utama bagi masyarakat di Indonesia, dimana mayoritas petani indonesia membudidayakan tanaman padi. Tanaman padi merupakan komoditas tanaman pangan utama yang menjadi jantung bagi petani di Indonesia, dimana padi dikonsumsi setiap hari oleh manusia. Padi sebagai tanaman pangan semusim, sehingga tanaman padi dapat dibudidayakan secara teus-menerus. Tanaman padi merupakan tanaman lahan basah atau sawah dengan sistem tergenang.
Kegiatan dalam budidaya tanaman padi pada umumnya meliputi pembibitan, persiapan lahan, pemindahan bibit tanam, pemupukan dan pemeliharaan yang meliputi pengairan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit dan panen, serta pasca panen. Tanaman padi tumbuh di daerah dengan iklim tropis dan subtropis dengan garis lintang 450 lintang utara dan 450 lintang selatan dengan kondisi panasa dankelembaban yang tinggi. Tanaman padi menghendaki sinar matahari penuh selama 12 jam.
Produktivitas tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor penting yang perlu mendapat perhatian. Faktor tesebut adalah syarat tumbuh tanaman, cuaca dan iklim, teknik atau teknologi yang diterapkan, varietas yang digunakan, panen, dan penanganan pasca panen. Salah satu langkah yang mudah dilakukan adalah dengan menggunakan varietas tanaman unggul yang tahan terhadap cekaman lingkungan aupun serangan hama dan penyakit.
2.      Tujuan
Tujuan dari praktikum acara Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Padi yaitu:
a.       Mengenal dan mengetahui morfologi dan taksonomi tanaman padi.
b.      Mengenal dan mengetahui fase-fase tanaman padi.
c.       Menghitung anakan padi.

B.       Tinjauan pustaka
Padi merupakan komoditas pangan utama di Indonesia. Kebutuhan akan komoditas padi semakin tahun semakin bertambah seiring pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat. Padi (Oriza sativa L.) merupakan tanaman makanan pokok bagi sebagian besar penduduk di Indonesia, oleh karena itu setiap faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi dan pendapatan petani padi sawah sangat penting untuk diperhatikan. Ciri-ciri umum padi tumbuh di sawah. Padi masuk dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, dan termasuk dalam kelas Monocotyledons. Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim Graminae atau lumiflorae), berordo Cyperales. Sejumlah ciri suku (familia) ini juga menjadi ciri padi, misalnya berakar serabut, daun berbentuk lanset (sempit memanjang), urat daun sejajar, memiliki pelepah daun, bunga tersusun sebagai bunga majemuk dengan satuan bunga berupa loret, floret tersusun dalam spikelet, khusus untuk padi satu spikelet hanya memiliki satu floret, buah dan biji sulit dibedakan karena merupakan bulir (Rosanti 2016).
Tanaman padi dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif terdiri dari akar yang berfungsi untuk menyerap air dan zat makanan dari tanaman tanah, kemudian diangkut ke bagian atas tanaman. Kedua yaitu batang, padi memiliki batang yang beruas-ruas. Padi jenis unggul biasanya berbatang pendek atau lebih pendek daripada jenis lokal. Ketiga yaitu anakan padi, yang akan tumbuh pada dasar batang. Anakan padi dapat tersusun dari anakan pertama, anakan kedua, anakan ketiga, dan seterusnya. Bagian keempat adalah daun. Daun padi memiliki ciri khas yaitu adanya sisik dan daun telinga. Daun padi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu helaian padi yang terletak pada batang padi dan berbentuk memanjang seperti pita, pelepah padi yang merupakan bagian daun yang menyerupai batang, dan lidah daun yang terletak diantara helai daun (left blad) dan upih. Bagian generatif padi terdiri dari malai, buah padi, dan gabah padi (Ina 2007).
          Pertumbuhan tanaman padi di bagi kedalam tiga fase, yaitu fase vegetatif (awal pertumbuhan sampai bakal malai atau primodia), fase reproduktif (primodia sampai pembungaan), dan fase pematangan (pembungaan sampai gabah matang). Fase vegetatif merupakan fase pertumbuhan organ-organ vegetatif seperti pertumbuhan jumlah anakan, tinggi tanaman, jumlah, bobot dan luas daun. Fase reproduktif ditandai dengan memanjangnya beberapa ruas teratas batang tanaman, berkurangnya jumlah anakan (matinya
anakan tidak produktif), munculnya daun bendera, bunting, dan
pembungaan. Inisiasi primodia malai biasanya dimulai 30 hari sebelum heading dan waktunya hampir bersamaan dengan pemanjangan ruas- ruas batang yang terus berlanjut sampai berbunga. Produktivitas padi adalah hasil akhir dari pengaruh interaksi antara luas lahan dan hasil panen yang dipengaruhi oleh varietas, cara pemupukan tanaman, dan lain-lain.
(IRRI 2007).
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan rumput berumpun. Padi sawah Oryza Sativa ini termasuk jenis rumput-rumputan dan berakar serabut. Tanaman jenis rumput-rumputan lainnya, padi beranak melalui tunas yang tumbuh dari pangkal batang sehingga membentuk rumpun. Batang padi umumnya dapat beranak lebih dari satu batang. Tidak semua anak padi ini menghasilkan buah padi yang berkualitas, dalam arti untuk digunakan sebagai bibit (Pratiwi 2016).
Cara untuk menghitung banyak anakkan produktif yaitu mengambil contoh tanaman padi. Batang utama ini akan muncul beberapa anakkan sekunder. Sehingga dihasilkan  anakkan padi. Jumlah anakan padi yang banyak akan meningkatkan produktivitas tanaman padi. Anakan padi dipengaruhi oleh kebutuhan unsur hara tanaman padi (Anggraini et al. 2013).
Malai merupakan bagian generatif pada tanaman padi. Malai adalah sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbuh utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dan cara bercocok tanam. Panjang malai dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: malai pendek kurang dari 20 cm, malai sedang anatara 20-30 cm, malai panjang lebih dari 30 cm. Jumlah cabang pada setiap malai berkisar antara 15-20 buah. Jumlah cabang terbanyak dapat mencapai 30 buah cabang sedangkan terendah hanya 7 buah cabang
(Suardi 2007).
Pembentukan Malai dimuali pada fase vegetatif tahap 3 pemanjangan batang pembentukan malai terjadi nyaris simultan pada varietas umur genjah (105 – 120 hari). Varietas umur dalam (150 hari), terdapat yang disebut lagi periode vegetatif dimana anakan maksimum terjadi. Kondisi ini diikuti oleh memanjangnya batang (internode), dan akhirnya sampai ke tahap pembentukan malai. Inisiasi primordia malai pada ujung tunas tumbuh menandai mulainya fase reproduksi. Primordia malai menjadi kasat mata pada sekitar 10  hari setelah inisiasi. Tahap ini, tiga daun masih akan muncul sebelum malai pada akhirnya timbul ke permukaan (Hatta 2012).
Pupuk kandang merupakan salah satu pupuk organik yang mengandung hara makro dan hara mikro, yang dapat memperbaiki sifatsifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk kandang dapat berasal dari kotoran sapi, ayam atau bebek yang benar-benar telah matang yang dapat digunakan sebagai pupuk dasar atau pupuk susulan. Selain itu pupuk kandang dapat menghasilkan hormon sitokinin dan giberelin yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Jumlah pupuk kandang yang diberikan ke dalam tanah berkisar antara 20-30 ton/Ha. Cara pemberiannya tergantung pada jenis tanaman yaitu dapat dengan cara disebar merata di atas permukaan tanah (Syafruddin et al. 2012).
Pupuk organik yang diaplikasikan ke tanah merupakan sumber bahan organik tanah. Terdapat 3 manfaat positif pupuk organik terhadap tanah. Manfaatnya yaitu memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu agregat tanah, permeabilitas tanah, aerasi tanah, daya menahan air tanah, mengurangi erosi tanah, tanah tidak mengerak (crust) dan merekah saat kering. Manfaat selanjtnya untuk memperbaiki sifat kimia tanah yaitu KTK, daya sanggah tanah, menekan keracunan, efisiensi pemupukan, menambah unsur hara tanah, membentuk chelat meningkatkan unsur hara mikro dan memperbaiki sifat biologi tanah, yaitu sumber energi mikroorganisme (Firmansyah 2011).
Perlakuan pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha meningkatkan retensi dan ketersediaan hara tanah, sehingga P-tersedia tanah tidak mudah hilang dari dalam tanah, walaupun secara signifikan ketersediaan P dalam tanah masih dalam kriteria rendah. Mekanisme peningkatan dari berbagai P-tersedia dari masukan bahan organik yang diberikan ke dalam tanah akan mengalami proses mineralisasi P sehingga akan melepaskan P anorganik kedalam tanah. Mikrobia akan menghasilkan enzim fosfatase yang merupakan senyawa perombak P-organik menjadi P-anorganik. Enzim fosfatase selain dapat menguraikan P dari bahan organik yang ditambahkan, juga dapat menguraikan P dari bahan organik tanah. Hal ini berdampak pada peningkatan jumlah populasi mikroorganisme tersebut, sehingga membantu dalam pengikatan partikel-partikel tanah yang sangat membantu dalam peningkatan kesuburan tanah (Azis et al. 2012).
Penggunaan pupuk kandang 2,5 ton/ha, pada varietas Ciherang memberi pengaruh terhadap peningkatan hasil produksi padi mencapai 6,07 ton/ha. Berdasarkan hasil penelitian di Aneuk Glee Kabupaten Aceh Besar dengan pemberian pupuk kandang 2 ton/ha, pada varietas unggul Ciherang memberikan hasil sampai 6,5 ton/ha. Pemberian pupuk organik pada dosis
8,0 ton/ha menghasilkan 7,23 ton GKP/ha (Iskandar et al. 2008).


C.      Metodologi Praktikum
1.        Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Semusim pada acara Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza sativa) dilakukan pengamatan setiap sabtu pukul 06.00 WIB, bertempat di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang terletak di Jumantono kabupaten Karanganyar.
2.        Alat dan Bahan
a.       Alat
1)      Polybag
2)      Label
3)      Meteran
4)      Timbangan
5)      Ember
6)      Alat tulis
b.      Bahan
1)      Benih tanaman padi
2)      Pupuk kandang
3)      Tanah
3.        Cara Kerja
a.       Menyiapkan tanah dalam polybag yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan= 0, 2:1, 3:1, kemudian dibasahi sampai kapasitas lapang.
b.      Menanam beinh padi 4 butir ke dalam tiap polybag.
c.       Melakukan penyiraman setiap hari atau bila perlu.
d.      Melakukan penyulaman seminggu setelah tanam.
e.       Mengamatai tanaman padi umur 30, 45, 60, dan 75 HST.
f.       Mengukur tinggi tanaman padi.
g.      Menghitung dan mencatat masing-masing umur tanaman, jumlah anakan produktif, jumlah anakan non produktif, dan jumlah anakan total.
h.      Menimbang berat malai padi setelah panen.
D.      Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.        Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Rata-rata Tinggi Tanaman Padi (Oryza sativa) pada Berbagai Perlakuan
Perlakuan
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
0
13,43
17,88
21,09
23,91
28,92
33,56
36,30
39,07
2:1
13,05
21,07
33,85
37,25
44,48
49,18
53,88
57,53
3:1
14,84
22,22
29,74
36,14
41,12
46,33
51,33
56,85
Sumber : Data Sekunder
Tabel 1.2 Rata-rata Jumlah Anakan Total Padi (Oryza sativa) pada Berbagai Perlakuan
Perlakuan
2MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
0
0
0
2
3
4
6
6
6
2:1
0
3
8
13
21
27
27
28
3:1
0
1
3
9
15
17
19
22
Sumber : Data Sekunder
Gambar 1.1  Grafik Hubungan Antara Umur Tanaman Padi dan Tinggi Tanaman
Sumber : Data Sekunder

Gambar 1.2  Grafik Hubungan Antara Umur Tanaman Padi dan Jumlah Anakan Total
Sumber : Data Sekunder
2.        Pembahasan
Tanaman padi memiliki fase utama pertumbuhan yakni fase generatif dan fase vegetatif . ada dua fase penanaman tanaman padi yakni fase air yang mana, lahan pertanaman padi digenangi oleh air dan fase bera yakni fase lahan setelah padi dipanen. Menurut Wahyunto et al. (2006), fase pertumbuhan tanaman padi dapat dikelompokkan kedalam 4 kategori, yaitu fase air, fase pertumbuhan vegetatif, fase pertumbuhan generatif dan fase bera.  Awal pertumbuhan tanaman padi (transplanting), areal sawah selalu digenangi air dan kenampakan yang dominan adalah kenampakan air (fase air). Sejalan dengan pertumbuhannya kondisi lahan sawah akan berubah didominasi oleh daun-daun padi. Puncak pertumbuhan vegetatif terjadi tingkat kehijauan tinggi yang disebabkan oleh tingginya kandungan klorofil. Setelah masa tersebut, tingkat kehijauan akan menurun, timbul bunga-bunga padi sampai menguning. Fase pertumbuhan akan diakhiri dengan masa panen dan lahan dibiarkan kosong selama jangka waktu tertentu (bera) tergantung pola tanamnya.
Gambar 1.1 tentang grafik hubungan antara umur tanaman padi dan tinggi tanaman menunjukkan bahwa tinggi tanaman padi semakin tinggi ketika umurnya semakin tua. Kita dapat ketahui lagi melalui perlakuan pupuk, bahwa tinggi tanaman padi tertinggi yaitu dengan perlakuan pupuk 2:1 dan tinggi padi terendah dengan perlakuan pupuk 0. Perlakuan pupuk 3:1 memiliki hasil yang baik di awal namun disusul dengan perlakuan pupuk 2:1. Grafik perbedaan tinggi dengan perlakuan pupuk 2:1 dan perlakuan pupuk 3:1 tidak menunjukkan perbedaan yang begitu jauh. Perlakuan 2:1 memliki hasil akhir yang lebih baik dari perlakuan pupuk 3:1. Secara rincinya dapat dilihat di tabel 1.1 rata-rata tinggi tanaman padi (oryza sativa) pada berbagai perlakuan. Perlakuan pupuk 0 tinggi tanaman padi saat 9 MST yaitu setinggi 39,07 cm. Perlakuan pupuk 2:1 tinggi tanaman padi saat 9 MST yaitu setinggi 57,53 cm dan pada perlakuan pupuk 3:1 tinggi tanaman padi saat 9 MST yaitu setinggi 56,85 cm.
Gambar 1.2 tentang grafik hubungan antara umur tanaman padi dan jumah anakan total menunjukkan bahwa anakan padi semakin banyak jumlahnya ketika umur tanaman padi semakin tua. Grafik tersebut juga menunjukkan jumlah anakan padi dengan perlakuan pupuk yang berbeda mempunyai hasil jumlah anakan padi terbanyak yaitu dengan perlakuan pupuk 2:1 dan jumlah anakan padi tersedikit yaitu dengan perlakuan pupuk 0. Grafik tersebut memperlihatkan bahwa perbedaan jumlah anakan yang begitu signifikan di antara perlakuan pupuk yang diberikan. Terlebih antara jumlah anakan padi dengan perlakuan pupuk 2:1 yang jumlah anakan terbanyak dengan jumlah anakan padi dengan perlakuan pupuk 0 yang jumlah anakan tersedikit.
Secara rinci dapat kita lihat di tabel 2.1 tentang rata-rata jumlaha anakan total padi (oryza sativa) pada berbagai perlakuan. Perlakuan pupuk 0 rata-rata jumlah anakan padinya saat 9 MST yaitu sebanyak 6 anakan. Perlakuan pupuk 2:1 rata-rata jumlah anakan padinya saat 9 MST yaitu sebanyak 28 anakan dan perlakuan pupuk 3:1 rata-rata jumlah anakan padinya saat 9 MST yaitu sebanyak 22 anakan.
Hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan, bahwa tanaman padi akan tumbuh dengan maksimal dengan perlakuan pupuk 2:1. Perlakuan pupuk 2:1 artinya dengan perbadingan tanah:pupuk yaitu 2:1. Berdasarkan data tabel 1.1, tinggi tanaman padi dengan perlakuan pupuk 2:1 saat 9 MST yaitu 57,53 cm. Berdasarkan data tabel 1.2 jumlah anakan padi dengan perlakuan pupuk 2:1 saat 9 MST yaitu 28 anakan.
Menurut Kariali (2012), hubungan antara jumlah anakan dengan produksi pada tanaman padi adalah Perkembangan bibit padi yang ditanam pada fase vegetatif awalnya menghasilkan anakan (tiller) yang disebut sebagai anakan primer. Anakan primer menghasilkan anakan padi yang muncul dari ruas anakan primer yang disebut anakan sekunder. Anakan sekunder menghasilkan anakan tersier. Tiap jenis anakan padi ini pada fase generatif dapat menghasilkan malai. Malai yang keluar dari tiap jenis anakan disebut malai primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Hal ini mengindikasikan terdapat kecenderungan semakin banyak malai dari anakan kuarter semakin kurang produktivitas tanaman padi. Penyebabnya adalah kapasitas fotosintesis dari anakan padi yang lebih awal lebih tinggi daripada anakan yang muncul belakangan dan daun bendera dari anakan yang lambat muncul kurang toleran terhadap stres photo-oxidative yang dapat menurunkan aktivitas source dan sink.
Menurut Wang (2007), anakan tersier hanya diproduksi oleh varietas yang beranak banyak dan muncul lebih lambat. Hal tersebut menyebabkan pembungaan dan periode masak juga terlambat sehingga tidak berkontribusi banyak terhadap hasil. Pada padi yang memiliki anakan banyak, kandungan protein dan amilosa dari anakan tersier lebih rendah daripada anakan primer.
Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Semusim yang dilakukan di Labotarorium Fakultas Pertanian Jumatono Karanganyar, praktikan belum bisa menentukan hubungan antara banyaknya anakan padi dengan produktivitas gabah yang dihasilkan. Hal ini karena pada saat praktikum malai belum tebentuk dan saat praktikum belum sampai hingga panen. Padi yang tumbuh pada kelompok kami, memiliki jumlah anakan padi yang tidak terlalu banyak dibandingan dengan perlakuan pemberian pupuk 2:1 hal ini dipengaruhi oleh faktor salah satunya adalah pemberian nutrisi berupa pupuk. Kelompok 24 menggunakan pupuk dengan perbandingan 3:1.
Tujuan dari perhitungan jumlah anakan pada tanaman padi adalah untuk mengetahui tingkat produktifitas dari tanaman itu sendiri. Menurut Setyorini (2007) mengatakan Semakin banyak anakan pada suatu rumpun padi maka akan menghasilkan produksi yang banyak pula. Menurut Hasil produksi padi berkaitan dengan jumlah anakan yang dihasilkan, semakin banyak jumlah anakan yang dihasilkan maka semakin tinggi hasil produksinya. Hal ini bisa terjadi jika kondisi dari anakan padi tersebut mampu untuk menghasilkan malai, atau disebut juga dengan anakan produktif. Anakan produktif dihasilkan dengan pemberian unsur hara yang seimbang.
Menurut Anggraini et al. (2013), jumlah anakan padi juga berkaitan dengan periode pembentukan phyllochron. Phyllochron adalah periode muncul satu set batang, daun dan akar yang muncul dari dasar tanaman dan perkecambahan selanjutnya. Semakin tua bibit dipindah ke lapang, semakin sedikit jumlah phyllochron yang dihasilkan, sedangkan semakin muda bibit dipindahkan, semakin banyak jumlah phyllochron yang dihasilkan sehingga anakan yang dapat dihasilkan juga semakin banyak.
Menurut Hartatik et al. (2015) mengatakan Anakan padi tumbuh diantara dasar batang dan daun sekunder. Anakan pertama padi akan muncul setelah berusia 10 HST dan maksimum akan berakhir setelah barusia 50-60 HST, akan tetapi ini bergantung pada jenis varietasnya. Anakan produktif akan muncul pada saat menjelang masuk pada fase generatif atau pembentukan malai, sehingga anakan produktif diidektikkan dengan jumlah anakan yang menghasilkan malai.

E.       Kesimpulan dan Saran
1.        Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan acara Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Padi yaitu sebagai berikut :
a.         Pupuk kandang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, terutama tinggi tanaman dan jumlah anakan.
b.        Padi menunjukkan gejala defisiensi unsur hara dilihat dari warna daunnya yang menguning dan kecoklatan.
c.         Dosis perlakuan pemupukan yang tepat akan menghasilkan tinggi tanaman dan jumlah anakan padi yang baik.
d.        Perlakuan paling baik pada tanaman padi yaitu perlakuan 2:1.
2.        Saran
Kegiatan praktikum Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Padi seharusnya tanaman Padi dilakukan pemupukan lanjutan agar tanaman Padi tidak mengalami defisiensi dan agar merangsang pertumbuhan malai. Sebaiknya CoAss membimbing praktikan lebih teratur saat praktikan melakukan pengamatan terhadap tanaman Padi.


DAFTAR PUSTAKA
Abdul A, Muyassir, Bakhtiar. 2012. Perbedaan jarak tanam dan dosis pupuk kandang terhadap sifat kimia tanah dan hasil padi sawah (Oryza Sativa L.) J. Manajemen Sumberdaya Lahan 1 (2): 120-125.
Anggraini, Suryanto, Aini. 2013. Sistem tanam dan umur bibit pada tanaman Padi sawah (Oryza sativa L.) varietas inpari 13. J. Produksi Tanaman 1(2) ISSN: 2338-3876.
Firmansyah, Anang. 2011. Peraturan tentang pupuk, klasifikasi pupuk alternatif dan peranan pupuk organik dalam peningkatan produksi pertanian. Palangkaraya: Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah.
Hartatik W, Widowati LR. 2015. Pengaruh pupuk majemuk NPKS dan NPK terhadap pertumbuhan dan hasil Padi sawah pada inceptisol. J. Floratek 34(4): 115-165.
Hatta. 2012. Uji jarak tanam sistem legowo terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas Padi pada metode sri. J. Agrista 16(2):87-93.
Ina H. 2007. Bercocok tanam Padi. Jakarta: Azka Mulia Media.
Wahyunto, Widagdo, Heryanto B. 2006. Pendugaan produktivitas tanaman Padi sawah melalui analisis citra satelit. J. Informatika Pertanian 15(3):
853-869.
Wang F, Fang-min C, Guo-ping Z. 2007. Difference in grain yield and quality among tillers in rice genotypes differing in tillering capacity.
Rice Sci. 14(2):135–140.