I.
PENGAMATAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (Oryza sativa)
A.
Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Padi (Oryza
sativa L.) merupakan tanaman sumber pangan utama bagi masyarakat di
Indonesia, dimana mayoritas petani indonesia membudidayakan tanaman padi.
Tanaman padi merupakan komoditas tanaman pangan utama yang menjadi jantung bagi
petani di Indonesia, dimana padi dikonsumsi setiap hari oleh manusia. Padi
sebagai tanaman pangan semusim, sehingga tanaman padi dapat dibudidayakan
secara teus-menerus. Tanaman padi merupakan tanaman lahan basah atau sawah
dengan sistem tergenang.
Kegiatan dalam
budidaya tanaman padi pada umumnya meliputi pembibitan, persiapan lahan,
pemindahan bibit tanam, pemupukan dan pemeliharaan yang meliputi pengairan,
penyiangan, pengendalian hama dan penyakit dan panen, serta pasca panen.
Tanaman padi tumbuh di daerah dengan iklim tropis dan subtropis dengan garis
lintang 450 lintang utara dan 450 lintang
selatan dengan kondisi panasa dankelembaban yang tinggi. Tanaman padi
menghendaki sinar matahari penuh selama 12 jam.
Produktivitas
tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor penting yang perlu mendapat
perhatian. Faktor tesebut adalah syarat tumbuh tanaman, cuaca dan iklim, teknik
atau teknologi yang diterapkan, varietas yang digunakan, panen, dan penanganan
pasca panen. Salah satu langkah yang mudah dilakukan adalah dengan menggunakan
varietas tanaman unggul yang tahan terhadap cekaman lingkungan aupun serangan
hama dan penyakit.
2.
Tujuan
Tujuan
dari praktikum acara Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Padi yaitu:
a.
Mengenal
dan mengetahui morfologi dan taksonomi tanaman padi.
b.
Mengenal
dan mengetahui fase-fase tanaman padi.
c.
Menghitung
anakan padi.
B.
Tinjauan pustaka
Padi merupakan komoditas pangan utama di
Indonesia. Kebutuhan akan komoditas padi semakin tahun semakin bertambah
seiring pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat. Padi (Oriza sativa L.) merupakan tanaman makanan
pokok bagi sebagian besar penduduk di
Indonesia, oleh karena itu setiap faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi
dan pendapatan petani padi sawah sangat penting untuk diperhatikan. Ciri-ciri
umum padi tumbuh di sawah. Padi masuk dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta,
dan termasuk dalam kelas Monocotyledons.
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae
(sinonim Graminae atau lumiflorae), berordo Cyperales. Sejumlah ciri suku (familia)
ini juga menjadi ciri padi, misalnya berakar serabut, daun berbentuk lanset
(sempit memanjang), urat daun sejajar, memiliki pelepah daun, bunga tersusun
sebagai bunga majemuk dengan satuan bunga berupa loret, floret tersusun dalam
spikelet, khusus untuk padi satu spikelet hanya memiliki satu floret, buah dan
biji sulit dibedakan karena merupakan bulir (Rosanti 2016).
Tanaman padi dikelompokan menjadi dua bagian,
yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif terdiri dari akar
yang berfungsi untuk menyerap air dan zat makanan dari tanaman tanah, kemudian
diangkut ke bagian atas tanaman. Kedua yaitu batang, padi memiliki batang yang
beruas-ruas. Padi jenis unggul biasanya berbatang pendek atau lebih pendek
daripada jenis lokal. Ketiga yaitu anakan padi, yang akan tumbuh pada dasar
batang. Anakan padi dapat tersusun dari anakan pertama, anakan kedua, anakan
ketiga, dan seterusnya. Bagian keempat adalah daun. Daun padi memiliki ciri
khas yaitu adanya sisik dan daun telinga. Daun padi dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu helaian padi yang terletak pada batang padi dan berbentuk memanjang
seperti pita, pelepah padi yang merupakan bagian daun yang menyerupai batang,
dan lidah daun yang terletak diantara helai daun (left blad) dan upih. Bagian generatif padi terdiri dari malai, buah
padi, dan gabah padi (Ina 2007).
Pertumbuhan
tanaman padi di bagi kedalam tiga fase, yaitu fase vegetatif (awal pertumbuhan
sampai bakal malai atau primodia), fase reproduktif (primodia sampai
pembungaan), dan fase pematangan (pembungaan sampai gabah matang). Fase vegetatif
merupakan fase pertumbuhan organ-organ vegetatif seperti pertumbuhan jumlah
anakan, tinggi tanaman, jumlah, bobot dan luas daun. Fase reproduktif ditandai
dengan memanjangnya beberapa ruas teratas batang tanaman, berkurangnya jumlah
anakan (matinya
anakan tidak produktif), munculnya daun bendera, bunting, dan
pembungaan. Inisiasi primodia malai biasanya dimulai 30 hari sebelum heading dan waktunya hampir bersamaan dengan pemanjangan ruas- ruas batang yang terus berlanjut sampai berbunga. Produktivitas padi adalah hasil akhir dari pengaruh interaksi antara luas lahan dan hasil panen yang dipengaruhi oleh varietas, cara pemupukan tanaman, dan lain-lain.
(IRRI 2007).
anakan tidak produktif), munculnya daun bendera, bunting, dan
pembungaan. Inisiasi primodia malai biasanya dimulai 30 hari sebelum heading dan waktunya hampir bersamaan dengan pemanjangan ruas- ruas batang yang terus berlanjut sampai berbunga. Produktivitas padi adalah hasil akhir dari pengaruh interaksi antara luas lahan dan hasil panen yang dipengaruhi oleh varietas, cara pemupukan tanaman, dan lain-lain.
(IRRI 2007).
Padi (Oryza
sativa L.) merupakan tanaman pangan rumput berumpun. Padi sawah Oryza
Sativa ini termasuk jenis rumput-rumputan dan berakar serabut. Tanaman jenis
rumput-rumputan lainnya, padi beranak melalui tunas yang tumbuh dari pangkal
batang sehingga membentuk rumpun. Batang padi umumnya dapat beranak lebih dari
satu batang. Tidak semua anak padi ini menghasilkan buah padi yang berkualitas,
dalam arti untuk digunakan sebagai bibit (Pratiwi 2016).
Cara
untuk menghitung banyak anakkan produktif yaitu mengambil contoh tanaman padi.
Batang utama ini akan muncul beberapa anakkan sekunder. Sehingga
dihasilkan anakkan padi. Jumlah anakan
padi yang banyak akan meningkatkan produktivitas tanaman padi. Anakan padi
dipengaruhi oleh kebutuhan unsur hara tanaman padi (Anggraini et al. 2013).
Malai
merupakan bagian generatif pada tanaman padi. Malai adalah sekumpulan bunga
padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas. Bulir-bulir padi terletak
pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbuh utama malai adalah ruas
buku yang terakhir pada batang. Panjang malai tergantung pada varietas padi
yang ditanam dan cara bercocok tanam. Panjang malai dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu: malai pendek kurang dari 20 cm, malai sedang anatara 20-30
cm, malai panjang lebih dari 30 cm. Jumlah cabang pada setiap malai berkisar
antara 15-20 buah. Jumlah cabang terbanyak dapat mencapai 30 buah cabang
sedangkan terendah hanya 7 buah cabang
(Suardi 2007).
(Suardi 2007).
Pembentukan Malai dimuali pada fase vegetatif
tahap 3 pemanjangan batang pembentukan malai terjadi nyaris simultan pada
varietas umur genjah (105 – 120 hari). Varietas umur dalam (150 hari), terdapat
yang disebut lagi periode vegetatif dimana anakan maksimum terjadi. Kondisi ini
diikuti oleh memanjangnya batang (internode), dan akhirnya sampai ke tahap
pembentukan malai. Inisiasi primordia malai pada ujung tunas tumbuh menandai
mulainya fase reproduksi. Primordia malai menjadi kasat mata pada sekitar 10
hari setelah inisiasi. Tahap ini, tiga daun masih akan muncul sebelum
malai pada akhirnya timbul ke permukaan (Hatta 2012).
Pupuk kandang merupakan salah satu pupuk organik yang mengandung hara makro dan hara mikro, yang dapat memperbaiki
sifatsifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk kandang dapat berasal dari kotoran sapi, ayam atau bebek yang benar-benar telah matang yang dapat digunakan sebagai pupuk dasar atau pupuk susulan. Selain itu pupuk kandang dapat menghasilkan hormon sitokinin dan giberelin yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Jumlah pupuk kandang yang diberikan ke dalam tanah berkisar antara 20-30 ton/Ha. Cara pemberiannya tergantung pada jenis tanaman yaitu dapat dengan cara disebar merata di atas permukaan tanah (Syafruddin et al. 2012).
Pupuk organik yang diaplikasikan ke tanah
merupakan sumber bahan organik tanah. Terdapat 3 manfaat positif pupuk organik
terhadap tanah. Manfaatnya yaitu memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu agregat
tanah, permeabilitas tanah, aerasi tanah, daya menahan air tanah, mengurangi
erosi tanah, tanah tidak mengerak (crust) dan merekah saat kering.
Manfaat selanjtnya untuk memperbaiki sifat kimia tanah yaitu KTK, daya sanggah
tanah, menekan keracunan, efisiensi pemupukan, menambah unsur hara tanah,
membentuk chelat meningkatkan unsur
hara mikro dan memperbaiki sifat biologi tanah, yaitu sumber energi
mikroorganisme (Firmansyah 2011).
Perlakuan pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha meningkatkan
retensi dan ketersediaan hara tanah, sehingga P-tersedia tanah tidak mudah hilang
dari dalam tanah, walaupun secara signifikan ketersediaan P dalam tanah masih
dalam kriteria rendah. Mekanisme peningkatan dari berbagai P-tersedia dari
masukan bahan organik yang diberikan ke dalam tanah akan mengalami proses
mineralisasi P sehingga akan melepaskan P anorganik kedalam tanah. Mikrobia akan
menghasilkan enzim fosfatase yang merupakan senyawa perombak P-organik menjadi
P-anorganik. Enzim fosfatase selain dapat menguraikan P dari bahan organik yang
ditambahkan, juga dapat menguraikan P dari bahan organik tanah. Hal ini berdampak
pada peningkatan jumlah populasi mikroorganisme tersebut, sehingga membantu dalam
pengikatan partikel-partikel tanah yang sangat membantu dalam peningkatan
kesuburan tanah (Azis et al. 2012).
Penggunaan pupuk kandang 2,5 ton/ha,
pada varietas Ciherang memberi pengaruh terhadap peningkatan hasil produksi
padi mencapai 6,07 ton/ha. Berdasarkan hasil penelitian di Aneuk Glee Kabupaten
Aceh Besar dengan pemberian pupuk kandang 2 ton/ha, pada varietas unggul Ciherang
memberikan hasil sampai 6,5 ton/ha. Pemberian pupuk organik pada dosis
8,0 ton/ha menghasilkan 7,23 ton GKP/ha (Iskandar et al. 2008).
8,0 ton/ha menghasilkan 7,23 ton GKP/ha (Iskandar et al. 2008).
C.
Metodologi Praktikum
1.
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Teknologi
Produksi Tanaman Semusim pada acara Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza sativa) dilakukan pengamatan
setiap sabtu pukul 06.00 WIB, bertempat di Laboratorium Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang terletak di Jumantono kabupaten
Karanganyar.
2.
Alat dan Bahan
a.
Alat
1)
Polybag
2)
Label
3)
Meteran
4)
Timbangan
5)
Ember
6)
Alat
tulis
b.
Bahan
1)
Benih
tanaman padi
2)
Pupuk
kandang
3)
Tanah
3.
Cara Kerja
a.
Menyiapkan
tanah dalam polybag yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan= 0,
2:1, 3:1, kemudian dibasahi sampai kapasitas lapang.
b.
Menanam
beinh padi 4 butir ke dalam tiap polybag.
c.
Melakukan
penyiraman setiap hari atau bila perlu.
d.
Melakukan
penyulaman seminggu setelah tanam.
e.
Mengamatai
tanaman padi umur 30, 45, 60, dan 75 HST.
f.
Mengukur
tinggi tanaman padi.
g.
Menghitung
dan mencatat masing-masing umur tanaman, jumlah anakan produktif, jumlah anakan
non produktif, dan jumlah anakan total.
h.
Menimbang
berat malai padi setelah panen.
D.
Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.
Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Rata-rata Tinggi Tanaman Padi (Oryza
sativa) pada Berbagai Perlakuan
Perlakuan
|
2 MST
|
3 MST
|
4 MST
|
5 MST
|
6 MST
|
7 MST
|
8 MST
|
9 MST
|
0
|
13,43
|
17,88
|
21,09
|
23,91
|
28,92
|
33,56
|
36,30
|
39,07
|
2:1
|
13,05
|
21,07
|
33,85
|
37,25
|
44,48
|
49,18
|
53,88
|
57,53
|
3:1
|
14,84
|
22,22
|
29,74
|
36,14
|
41,12
|
46,33
|
51,33
|
56,85
|
Sumber : Data Sekunder
Tabel 1.2 Rata-rata Jumlah Anakan Total Padi (Oryza sativa) pada
Berbagai Perlakuan
Perlakuan
|
2MST
|
3 MST
|
4 MST
|
5 MST
|
6 MST
|
7 MST
|
8 MST
|
9 MST
|
0
|
0
|
0
|
2
|
3
|
4
|
6
|
6
|
6
|
2:1
|
0
|
3
|
8
|
13
|
21
|
27
|
27
|
28
|
3:1
|
0
|
1
|
3
|
9
|
15
|
17
|
19
|
22
|
Sumber : Data Sekunder
Gambar 1.1 Grafik
Hubungan Antara Umur Tanaman Padi dan Tinggi Tanaman
Sumber : Data Sekunder
Gambar 1.2 Grafik
Hubungan Antara Umur Tanaman Padi dan Jumlah Anakan Total
Sumber : Data Sekunder
2.
Pembahasan
Tanaman padi memiliki fase
utama pertumbuhan yakni fase generatif dan fase vegetatif . ada dua fase
penanaman tanaman padi yakni fase air yang mana, lahan pertanaman padi
digenangi oleh air dan fase bera yakni fase lahan setelah padi dipanen. Menurut Wahyunto et al. (2006), fase pertumbuhan tanaman padi dapat
dikelompokkan kedalam 4 kategori, yaitu fase air, fase pertumbuhan vegetatif,
fase pertumbuhan generatif dan fase bera.
Awal pertumbuhan tanaman padi (transplanting),
areal sawah selalu digenangi air dan kenampakan yang dominan adalah kenampakan
air (fase air). Sejalan dengan pertumbuhannya kondisi lahan sawah akan berubah
didominasi oleh daun-daun padi. Puncak pertumbuhan vegetatif terjadi tingkat
kehijauan tinggi yang disebabkan
oleh tingginya kandungan klorofil. Setelah masa tersebut, tingkat kehijauan
akan menurun, timbul bunga-bunga padi sampai menguning. Fase pertumbuhan akan
diakhiri dengan masa panen dan lahan dibiarkan kosong selama jangka waktu
tertentu (bera) tergantung pola tanamnya.
Gambar 1.1 tentang grafik hubungan
antara umur tanaman padi dan tinggi tanaman menunjukkan bahwa tinggi tanaman
padi semakin tinggi ketika umurnya semakin tua. Kita dapat ketahui lagi melalui
perlakuan pupuk, bahwa tinggi tanaman padi tertinggi yaitu dengan perlakuan
pupuk 2:1 dan tinggi padi terendah dengan perlakuan pupuk 0. Perlakuan pupuk
3:1 memiliki hasil yang baik di awal namun disusul dengan perlakuan pupuk 2:1. Grafik
perbedaan tinggi dengan perlakuan pupuk 2:1 dan perlakuan pupuk 3:1 tidak
menunjukkan perbedaan yang begitu jauh. Perlakuan 2:1 memliki hasil akhir yang
lebih baik dari perlakuan pupuk 3:1.
Secara rincinya dapat dilihat di tabel 1.1 rata-rata tinggi
tanaman padi (oryza sativa) pada berbagai perlakuan. Perlakuan pupuk 0 tinggi
tanaman padi saat 9 MST
yaitu setinggi 39,07 cm. Perlakuan pupuk 2:1 tinggi tanaman padi saat
9 MST yaitu setinggi 57,53 cm dan pada perlakuan pupuk 3:1 tinggi
tanaman padi saat 9 MST yaitu setinggi 56,85 cm.
Gambar 1.2
tentang grafik hubungan antara umur tanaman padi dan jumah anakan total menunjukkan
bahwa anakan padi semakin banyak jumlahnya ketika umur tanaman padi semakin
tua. Grafik tersebut juga menunjukkan jumlah anakan padi dengan perlakuan pupuk
yang berbeda mempunyai hasil jumlah anakan padi terbanyak yaitu dengan
perlakuan pupuk 2:1 dan jumlah anakan padi tersedikit yaitu dengan perlakuan
pupuk 0. Grafik tersebut memperlihatkan bahwa perbedaan jumlah anakan yang
begitu signifikan di antara perlakuan pupuk yang diberikan. Terlebih antara
jumlah anakan padi dengan perlakuan pupuk 2:1 yang jumlah anakan terbanyak
dengan jumlah anakan padi dengan perlakuan pupuk 0 yang jumlah anakan
tersedikit.
Secara rinci
dapat kita lihat di tabel 2.1 tentang rata-rata jumlaha anakan total padi (oryza
sativa) pada berbagai perlakuan. Perlakuan pupuk 0 rata-rata jumlah anakan padinya
saat 9 MST yaitu sebanyak 6 anakan. Perlakuan
pupuk 2:1 rata-rata jumlah anakan padinya saat 9 MST yaitu sebanyak 28 anakan dan perlakuan
pupuk 3:1 rata-rata jumlah anakan padinya saat 9 MST yaitu sebanyak 22 anakan.
Hasil pengamatan
diatas dapat disimpulkan, bahwa tanaman padi akan tumbuh dengan maksimal dengan
perlakuan
pupuk 2:1. Perlakuan pupuk 2:1 artinya dengan perbadingan tanah:pupuk yaitu
2:1. Berdasarkan data tabel 1.1, tinggi tanaman padi dengan perlakuan pupuk
2:1 saat 9 MST yaitu 57,53 cm. Berdasarkan data tabel 1.2 jumlah anakan padi dengan
perlakuan pupuk 2:1 saat 9 MST yaitu 28 anakan.
Menurut Kariali (2012), hubungan antara jumlah
anakan dengan produksi pada tanaman padi adalah Perkembangan
bibit padi yang ditanam pada fase vegetatif awalnya menghasilkan anakan
(tiller) yang disebut sebagai anakan primer. Anakan primer menghasilkan anakan
padi yang muncul dari ruas anakan primer yang disebut anakan sekunder. Anakan
sekunder menghasilkan anakan tersier. Tiap jenis anakan padi ini pada fase
generatif dapat menghasilkan malai. Malai yang keluar dari tiap jenis anakan
disebut malai primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Hal ini mengindikasikan
terdapat kecenderungan semakin banyak malai dari anakan kuarter semakin kurang
produktivitas tanaman padi. Penyebabnya adalah kapasitas fotosintesis dari
anakan padi yang lebih awal lebih tinggi daripada anakan yang muncul belakangan
dan daun bendera dari anakan yang lambat muncul kurang toleran terhadap stres
photo-oxidative yang dapat menurunkan aktivitas source dan sink.
Menurut Wang (2007), anakan tersier hanya
diproduksi oleh varietas yang beranak banyak dan muncul lebih lambat. Hal
tersebut menyebabkan pembungaan dan periode masak juga terlambat sehingga tidak
berkontribusi banyak terhadap hasil. Pada padi yang memiliki anakan banyak,
kandungan protein dan amilosa dari anakan tersier lebih rendah daripada anakan
primer.
Praktikum Teknologi Produksi Tanaman
Semusim yang dilakukan di Labotarorium Fakultas Pertanian Jumatono Karanganyar,
praktikan belum bisa menentukan hubungan antara banyaknya anakan padi dengan
produktivitas gabah yang dihasilkan. Hal ini karena pada saat praktikum malai
belum tebentuk dan saat praktikum belum sampai hingga panen. Padi yang tumbuh
pada kelompok kami, memiliki jumlah anakan padi yang tidak terlalu banyak
dibandingan dengan perlakuan pemberian pupuk 2:1 hal ini dipengaruhi oleh
faktor salah satunya adalah pemberian nutrisi berupa pupuk. Kelompok 24 menggunakan
pupuk dengan perbandingan 3:1.
Tujuan dari perhitungan jumlah anakan pada tanaman padi adalah
untuk mengetahui tingkat produktifitas dari tanaman itu sendiri. Menurut
Setyorini (2007) mengatakan Semakin banyak anakan pada suatu rumpun
padi maka akan menghasilkan produksi yang banyak pula. Menurut Hasil produksi
padi berkaitan dengan jumlah anakan yang dihasilkan, semakin banyak jumlah
anakan yang dihasilkan maka semakin tinggi hasil produksinya. Hal ini bisa
terjadi jika kondisi dari anakan padi tersebut mampu untuk menghasilkan malai,
atau disebut juga dengan anakan produktif. Anakan produktif dihasilkan dengan
pemberian unsur hara yang seimbang.
Menurut
Anggraini et al. (2013), jumlah anakan padi juga berkaitan dengan periode
pembentukan phyllochron. Phyllochron adalah periode muncul satu
set batang, daun dan akar yang muncul dari dasar tanaman dan perkecambahan
selanjutnya. Semakin tua bibit dipindah ke lapang, semakin sedikit jumlah phyllochron
yang dihasilkan, sedangkan semakin muda bibit dipindahkan, semakin banyak
jumlah phyllochron yang dihasilkan sehingga anakan yang dapat dihasilkan
juga semakin banyak.
Menurut Hartatik et al. (2015) mengatakan Anakan padi tumbuh
diantara dasar batang dan daun sekunder. Anakan pertama padi akan muncul
setelah berusia 10 HST dan maksimum akan berakhir setelah barusia 50-60 HST,
akan tetapi ini bergantung pada jenis varietasnya. Anakan produktif akan muncul
pada saat menjelang masuk pada fase generatif atau pembentukan malai, sehingga
anakan produktif diidektikkan dengan jumlah anakan yang menghasilkan malai.
E.
Kesimpulan dan Saran
1.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diambil dari pembahasan acara Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Padi
yaitu sebagai berikut :
a.
Pupuk
kandang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, terutama tinggi
tanaman dan jumlah anakan.
b.
Padi
menunjukkan gejala defisiensi unsur hara dilihat dari warna daunnya yang
menguning dan kecoklatan.
c.
Dosis
perlakuan pemupukan yang tepat akan menghasilkan tinggi tanaman dan jumlah
anakan padi yang baik.
d.
Perlakuan
paling baik pada tanaman padi yaitu perlakuan 2:1.
2.
Saran
Kegiatan praktikum Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Padi
seharusnya tanaman Padi dilakukan pemupukan lanjutan agar tanaman Padi tidak
mengalami defisiensi dan agar merangsang pertumbuhan malai. Sebaiknya CoAss
membimbing praktikan lebih teratur saat praktikan melakukan pengamatan terhadap
tanaman Padi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul A, Muyassir,
Bakhtiar. 2012. Perbedaan jarak tanam dan dosis pupuk kandang terhadap sifat kimia tanah dan hasil padi sawah (Oryza Sativa L.) J.
Manajemen Sumberdaya Lahan 1 (2): 120-125.
Anggraini,
Suryanto, Aini. 2013. Sistem tanam dan umur bibit pada tanaman Padi sawah (Oryza sativa L.) varietas inpari 13. J.
Produksi Tanaman 1(2) ISSN: 2338-3876.
Firmansyah,
Anang. 2011. Peraturan tentang pupuk, klasifikasi pupuk alternatif dan peranan pupuk
organik dalam peningkatan produksi pertanian. Palangkaraya: Dinas Pertanian dan
Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah.
Hartatik W, Widowati LR. 2015. Pengaruh
pupuk majemuk NPKS dan NPK terhadap pertumbuhan dan hasil Padi sawah pada
inceptisol. J. Floratek 34(4):
115-165.
Hatta.
2012. Uji jarak tanam sistem legowo terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa
varietas Padi pada metode sri. J. Agrista 16(2):87-93.
Ina H. 2007. Bercocok tanam Padi. Jakarta:
Azka Mulia Media.
Wahyunto, Widagdo, Heryanto B. 2006. Pendugaan
produktivitas tanaman Padi sawah melalui analisis citra satelit. J. Informatika
Pertanian 15(3):
853-869.
853-869.
Wang F, Fang-min C, Guo-ping Z. 2007.
Difference in grain yield and quality among tillers in rice genotypes differing
in tillering capacity.
Rice Sci. 14(2):135–140.
Rice Sci. 14(2):135–140.